Blogger templates
Blog Archive
Blogger news
Mengenai Saya
Followers
Rabu, 27 Februari 2013
Selasa, 26 Februari 2013
Kasih Sayang Seorang Ibu
Saat kau berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu.
Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.
Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya.
Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.
Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.
Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.
Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.
Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.
Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, “Dari mana saja seharian ini?”
Sebagai balasannya, kau jawab, “Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!”
Sebagai balasannya, kau jawab, “Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!”
Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus
untuk karirmu di masa depan. Sebagai balasannya, kau katakan, “Aku tidak
ingin seperti Ibu.”
Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi.
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.
Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu.
Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.
Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.
Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan.
Sebagai balasannya, kau mengeluh, “Bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?”
Sebagai balasannya, kau mengeluh, “Bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?”
Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai pernikahanmu.
Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.
Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.
Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana
merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya,”Bu, sekarang
jamannya sudah berbeda!”
Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta
ulang tahun salah seorang kerabat. Sebagai balasannya, kau jawab, “Bu,
saya sibuk sekali, nggak ada waktu.”
Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu.
Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.
Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.
Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau
teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang
menghantam HATI mu bagaikan palu godam.
JIKA BELIAU MASIH ADA, JANGAN LUPA MEMBERIKAN KASIH SAYANGMU LEBIH
DARI YANG PERNAH KAU BERIKAN SELAMA INI DAN JIKA BELIAU SUDAH TIADA,
INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU.
Ketika Aku Tua
Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula.
Mengertilah, bersabarlah sedikit terhadap aku.
Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu,
ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.
ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.
Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah
bosan kau dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus
pembicaraanku.
Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu kali kuceritakan agar kau tidur.
Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku.
Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?
Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?
Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tekhnologi dan hal-hal baru, jangan mengejekku.
Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap “mengapa” darimu.
Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap “mengapa” darimu.
Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk memapahku.
Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.
Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.
Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk mengingat.
Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.
Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.
Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka.
Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai belajar menjalani kehidupan.
Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai belajar menjalani kehidupan.
Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang temani aku menjalankan sisa hidupku.
Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa syukur
Dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu.
Dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu.
Senin, 18 Februari 2013
Selalu Ada Sisi Baik
Jadilah pihak yang selalu optimis dan berusaha untuk melihat
kesempatan di setiap kegagalan. Jangan bersikap pesimis yang hanya
melihat kegagalan di setiap kesempatan. Orang optimis melihat donat,
sedangkan orang pesimis melihat lubangnya saja.
Anda dapat mengembangkan keberhasilan dari setiap kegagalan.
Keputusasaan dan kegagalan adalah dua batu loncatan menuju keberhasilan.
Tidak ada elemen lain yang begitu berharga bagi Anda jika saja Anda mau
mempelajari dan mengusahakannya bekerja untuk Anda.
Pandanglah setiap masalah sebagai kesempatan. Hanya bila cuaca cukup gelaplah Anda bisa melihat bintang.
Minggu, 17 Februari 2013
Jangan Pernah Meremehkan Orang Lain
Pada suatu
hari, seorang anak masuk ke dalam rumah makan yang sangat terkenal dan mahal.
Dia masuk seorang diri dan memakai pakaian biasa saja, tidak seperti anak-anak
lain yang memakai pakaian yang bagus. Anak itu duduk di salah satu kursi lalu
mengangkat tangannya untuk memanggil salah satu pelayan.
Seorang
pelayan perempuan menghampiri anak kecil itu lalu memberikan buku menu makanan.
Pelayan tersebut agak heran mengapa anak kecil itu berani masuk ke dalam rumah
makan yang mahal, padahal dari penampilannya, pelayan itu tidak yakin bahwa
sang anak kecil mampu membayar makanan yang ada.
“Berapa
harga es krim yang diberi saus strawberry dan cokelat?” tanya sang anak kecil.
Sang pelayan
menjawab, “Lima puluh ribu,”
Anak kecil
itu memasukkan tangan ke dalam saku celana lalu mengambil beberapa receh dan
menghitungnya. Lalu dia kembali bertanya, “Kalau es krim yang tidak diberi saus
strawberry dan cokelat?”
Si pelayan
mengerutkan kening, “Dua puluh ribu,”
Sekali lagi
anak kecil itu mengambil receh dari dalam saku celananya lalu menghitung.
“Kalau aku pesan separuh es krim tanpa saus strawberry dan cokelat berapa?”
Kesal dengan
kelakuan pembeli kecil itu, pelayan menjawab dengan ketus, “Sepuluh ribu!”
Sang anak
lalu tersenyum, “Baiklah aku pesan itu saja, terima kasih!”
Pelayan itu
mencatat pesanan lalu menyerahkan pada bagian dapur lalu kembali membawa es
krim pesanan. Anak itu tampak gembira dan menikmati es krim yang hanya separuh
dengan suka cita. Dia melahap es krim sampai habis. Kemudian sang pelayan
kembali datang memberikan nota pembayaran.
“Semua
sepuluh ribu bukan?” tanya anak itu lalu membayar es krim pesanannya dengan
setumpuk uang receh. Wajah sang pelayan tampak masam karena harus menghitung
ulang receh-receh itu. Lalu sang anak mengeluarkan selembar uang lima puluh
ribu dari saku celana belakangnya, “dan ini tips untuk Anda!” ujar sang anak
sambil menyerahkan selembar uang tersebut untuk si pelayan.
Ada kalanya
kita tidak melihat apa yang melekat pada tubuh seseorang saja sebagai
penilaian. Bukan hal yang bagus untuk meremehkan seseorang karena melihat
penilaian dari luar, Anda tidak akan pernah tahu pada beberapa waktu yang akan
datang, seseorang yang Anda remehkan bisa jadi merupakan pengantar rejeki yang
tak terduga.
Arti Kesetiaan
Kisah nyata
yang bagus sekali untuk contoh kita semua yang saya dapat dari millis sebelah
(kisah ini pernah ditayangkan di MetroTV). Semoga kita dapat mengambil
pelajaran.
Ini cerita
nyata, beliau adalah Bp. Eko Pratomo Suyatno, Direktur Fortis Asset Management
yg sangat terkenal di kalangan Pasar Modal dan Investment, beliau juga sangat
sukses dlm memajukan industri Reksadana di Indonesia. Apa yg diutarakan beliau
adalah sangat benar sekali. Silakan baca dan dihayati.
————————————————————————————————–
Dilihat dari
usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah
mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat
istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua.Mereka menikah sudah lebih 32
tahun. Mereka dikarunia 4 orang anak.
Disinilah
awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak keempat tiba-tiba kakinya
lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Itu terjadi selama 2 tahun. Menginjak tahun
ke tiga, seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang,
lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari
pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya
keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja, dia letakkan istrinya didepan TV
supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi
dia selalu melihat istrinya tersenyum.
Untunglah
tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari
dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan
istrinya, mengganti pakaian dan selepas waktu maghrib dia temani istrinya
nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian. Walaupun
istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah
cukup senang, bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas
ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat
istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka, sekarang anak2 mereka
sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu
hari, ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk
ibunya. Karena setelah anak mereka menikah, sudah tinggal dengan keluarga
masing-masing dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yang merawat, yang dia
inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.
Dengan
kalimat yang cukup hati-hati anak yg sulung berkata “Pak kami ingin sekali
merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu, tidak ada
sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak, bahkan bapak tidak ijinkan kami
menjaga ibu”.
Dengan air
mata berlinang anak itu melanjutkan kata-kata: “sudah yang keempat kalinya kami
mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan
bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak
tega melihat bapak. Kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara
bergantian”.
Pak Suyatno
menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak-anaknya: “Anak-anakku… Jikalau
perkawinan & hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan
menikah.. tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih
dari cukup, dia telah melahirkan kalian. Sejenak kerongkongannya tersekat,
kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak
satupun dapat dihargai dengan apapun.”
“Coba kalian
tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini? Kalian menginginkan
bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan
keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan
dirawat oleh orang lain? Bagaimana dengan ibumu yg masih sakit.”
Sejenak
meledaklah tangis anak-anak pak suyatno. Merekapun melihat butiran-butiran
kecil jatuh dipelupuk mata ibu Suyatno. Dengan pilu ditatapnya mata suami yg
sangat dicintainya itu.
Sampailah
akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi
nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno, kenapa mampu
bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yang sudah tidak bisa apa-apa.
Disaat
itulah meledak tangis beliau dengan tamu yang hadir di studio, kebanyakan kaum
perempuanpun tidak sanggup menahan haru. Disitulah Pak Suyatno bercerita..”
Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi
tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) itu adalah
kesia-siaan”.
“Saya memilih
istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan
sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata,
dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu-lucu. Sekarang dia sakit karena
berkorban untuk cinta kita bersama. Dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah
saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum
tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…”
Hidup adalah
Perjuangan tanpa henti-henti, tidak usah kau tangisi hari kemarin.
Air Minum di Gurun
Seorang pria
tersesat di gurun pasir. Ia hampir mati kehausan. Akhirnya, ia tiba di sebuah
rumah kosong. Di depan rumah tua tanpa jendela dan hampir roboh itu, terdapat
sebuah pompa air. Segera ia menuju pompa itu dan mulai memompa sekuat tenaga.
Tapi, tidak ada air yang keluar.
Lalu ia
melihat ada kendi kecil di sebelah pompa itu dengan mulutnya tertutup gabus dan
tertempel kertas dengan tulisan,”Sahabat, pompa ini harus dipancing dengan air
dulu.. Setelah Anda mendapatkan airnya, mohon jangan lupa mengisi kendi ini
lagi sebelum Anda pergi.” Pria itu mencabut gabusnya dan ternyata kendi itu
berisi penuh air.
“Apakah air ini harus dipergunakan untuk memancing pompa? Bagaimana kalau tidak berhasil? Tidak ada air lagi. Bukankah lebih aman saya minum airnya dulu daripada nanti mati kehausan kalau ternyata pompanya tidak berfungsi? Untuk apa menuangkannya ke pompa karatan hanya karena instruksi di atas kertas kumal yang belum tentu benar?” Begitu pikirnya.
“Apakah air ini harus dipergunakan untuk memancing pompa? Bagaimana kalau tidak berhasil? Tidak ada air lagi. Bukankah lebih aman saya minum airnya dulu daripada nanti mati kehausan kalau ternyata pompanya tidak berfungsi? Untuk apa menuangkannya ke pompa karatan hanya karena instruksi di atas kertas kumal yang belum tentu benar?” Begitu pikirnya.
Untung suara
hatinya mengatakan bahwa ia harus mencoba mengikuti nasihat yang tertera di
kertas itu, sekali pun berisiko. Ia menuangkan seluruh isi kendi itu ke dalam
pompa yang karatan itu dan dengan sekuat tenaga memompanya.
Benar!! Air
keluar dengan melimpah. Pria itu minum sepuasnya.
Setelah
istirahat memulihkan tenaga dan sebelum meninggalkan tempat itu, ia mengisi
kendi itu sampai penuh, menutupkan kembali gabusnya dan menambahkan beberapa
kata di bawah instruksi pesan itu: “Saya telah melakukannya dan berhasil. Engkau
harus mengorbankan semuanya terlebih dahulu sebelum bisa menerima kembali
secara melimpah. PERCAYALAH!! Inilah kebenaran hukum alam.”
Langganan:
Postingan (Atom)